My Blog List

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Apr 12, 2011

Gadis Kecil

By : Fransciska Dharmayanti STK

            Duduk termenung sendiri
Menatap indanya dunia anak
                        Rasa hati ingin bermain
Di kala usia masih kanak – kanak

Namun . . .. .
            Apa yang bisa ia lakukan
Diam dalam kebisuan
            Tanpa ada kata terucap

                        Pelukan yang berbicara
            Betapa rindu dirinya bermain
Namun.....
Kesedihan membuatnya terdiam

Tawa canda berganti air Mata
            Sukacita berganti dukacita
Kepedihan mendalam terpancar dari raut mukanya

Betapa bibirnya ingin mengucapkan sesuatu
            Namun terkunci oleh jalannya waktu

                        Apa yang dapat dilakukan untuk menolongnya?
Deraian air mata orang lain
            Takkan mampu menyentuh hatinya
Takkan membuatnya gembira lagi

Betapa ingin aku menolongnya
            Tapi . . .
Hanya bisa kulakukan sebatas doa

Apr 1, 2011

Kesedihan

By : Fransciska Dharmayanti STK

Jalan hidup tak menentu
            Tiada arah di tuju
Badai datang silih berganti
            Menemani kehidupanku

Jiwa tertekan
            Hati menangis
                        Tersedu sedu tiada henti

            Siapakah gerangan yang mendengar?
                        Selain pemberi hidup

Beban teramat berat
            Dipikul di bahu lemah
Tampak begitu menyiksa

                                    Siapakah gerangan yang membantu??
                        Tiada lain hanya Dia saja
            Butiran demi butiran menetes
Menyisakan kesedihan mendalam

Siapakah peduli?
            Adakah yang menghibur?
                        Adakah yang membantu?

Tiada seorang pun menolong
            Hanya Dia saja penolong dalam hidupku

Mar 28, 2011

Jalan hidup ku

jalan hidup yang ku lalui kini terasa begitu berat, semenjak ia telah pergi dari hidup ku. semangat  hidup yang ku miliki dulu, kini telah pudar. aku yang sekarang telah berbeda dengan aku yang dulu. kini aku sendiri bingung, mengapa ini semua bisa terjadi.

aku mungkin sudah tidak dapat mengenal siapa diriku dulu n kini. mungkin sebagian ingatan tentang hidup ku sudah terkubur bersama dengannya. aku merasa hidup kini tak seindah dulu, meskipun banyak hal indah yang terjadi, namun aku tak dapat merasakan dan menikmati hal - hal tersbut.

kini yang ku damba ialah dapat berkumpul lagi dengannya, dapat bercanda dan menikmati hari2 dengannya lagi. namun, kapan impianku ini dapat terkabul? untuk bertemu dengannya saja susah.

oh, mengapa jalan hidupku begini? aku berusaha untuk selalu bersyukur pada - Nya yang telah memberikan kehidupan ini padaku.

aku hanya dapat memohon dan meminta kekuatan pada - Nya untuk menjalani hari - hariku, meskipun jalan yang harus ku tempuh penuh batu dan kerikil yang tajam, namun aku percaya, Dia akan memberikan aku jalan keluar, sehingga aku dapat melewati jalan ini dan mencapai tujuan dan akhir yang indah.

ya, aku percaya, Dia akan selalu ada bersamaku..

Mar 27, 2011

Jalan Hidup

By : Fransciska Dharmayanti STK

Kemanakah aku melangkah
            Mencari bahagia
Tak kutemukan satu pun langkah pasti

                                    Dalam kegelapan aku berjalan
                                                Dalam kesunyian aku berdiam
                        Tak satu pun insan mengerti
                                    Tak satu oun memahami

Di atas batu kerikil aku berjalan
            Di atas duri aku berbaring
                        Di atas pasir aku menangis

Tanpa tahu arah tujuan
            Aku mengikuti jalan kekelaman

                        Dalam perenungan, ku temukan jawaban
            Dalam pemikiran, ku temukan jalan keluar

Aku hanya dapat berlari kepada Dia
            Aku hanya dapat berseru kepada – Nya

Dia membebaskan
                        Dia membuka jalan
            Dia memberi hidup

Hanya Dia yang dapat menolong
Menunjukkan jalan hidupku

Mar 6, 2011

Kata Hati

By : Fransciska Dharmayanti STK

                        Hatiku menangis pedih
            Melihat kejadian itu
Di depan mataku
                        Dia pergi untuk selamanya
            Hati ini berteriak menolaknya
Namun . . . ia tak kembali jua

Hati ini menjerit
            Menolak yang telah terjadi
Semua sia – sia
            Tiada yang dapat dilakukan

                                    Kegelapan meliputi hati ini
                        Kesedihan pun pun turut melaju
            Tak mau pergi dari hati ini

Hitam pekat
            meliputi hati ini
                        Membuatnya tertutup

Hati terus memanggil yang telah tiada
            Tak satu pun yang mendengar
Tak satu pun yang menjawab
            Hanya air mata yang berbicara
Tanpa ada yang menngerti

                        Ia telah tiada
            Hati ini merasa kehilangan

                        Tapi . . .
            Tak pernah ditinggalkan sendiri
Ia tetap hidup
            Dan . . .
                        Ada di dalam hatiku

Mar 1, 2011

HIDUPKU

By : Fransciska Dharmayanti STK
Kesedihan yang kurasakan
            Lebih tinggi dari langit biru

Duka ku mencapai tingginya cakrawala
            Tekanan batin membuatku menumpahkan
                        Butiran – butiran mutiara

Tak satu pun yang mengerti
Tak satu pun yang menolong

            Langit gelap dan menangis melihatku begini
Namun . . . apa daya diri ini

Hanya kesedihan yang melingkupi
            Tragedi demi tragedi terjadi
Tiada henti bak sungai mengalir

                        Sakit penyakit datang silih berganti
            Menerpa hidupku bak badai taufan
Kesedihan membuatku terpuruk
            Keadaan membuatku diam
                        Kesunyian melanda hatiku

Itulah hidupku
            Hidup yang penuh derita

                        Tapi satu yang kupercaya . . .
            Ada kebaikan Tuhan sang pencipta
Di balik semua kejadian ini

Keputusan Ku

Di suatu senja yang kelam, sekelam hatiku, aku terduduk dalam sepi ku. Aku merenungi semua kejadian yang aku alami selama ini. Aku ngerasa hidupku hancur berantakan.
          Langkah hidupku kian tak pasti. Aku tak tahu harus berlari ke mana. Teman – teman ku pun mulai menjauhi aku, mereka terus saja membuatku sakit hati dengan sikap mereka. Keluarga tempat ku bersandar tak menaruh peduli terhadap ku. Hampa.. Itu yang aku rasakan.
          Tanpa terasa waktu pun berjalan memasuki malam yang temaram. Aku pun masih tetap sendiri dalam kesepian dan kesendirianku. Akhirnya aku pun melayangkan anganku untuk hidup di suatu tempat yang nyaman, tenang, damai, indah. Di mana tidak ada kesedihan, tidak ada tangis, tidak ada sakit hati, yang ada hanyalah hal – hal yang indah. Aku merindukan tempat itu. Aku berharap suatu hari nanti dan sesegera mungkin aku akan menuju tempat itu.
          Malam kian larut, aku pun memutuskan untuk memasuki sebuah bilik tempat ku mengadu. Meskipun kecil, tempat inilah yang membuatku nyaman. Segala tangisan ku, kegembiraan ku, tempat inilah yang menjadi pelarianku.
          Aku sedih, senang, ngambek, teriak, diam membisu, tempat ini tempat ku bersandar. Andai saja tempat ini bisa bicara, aku yakin ia akan mengungkapkan semua yang aku rasakan dan akan menyingkapkan semua yang telah terjadi padaku.
          Aku sudah tidak tahan dengan semua ini, aku ingin segera mengakhirinya. Aku sudah tidak peduli lagi dengan keadaan yang semakin kacau ini. Yang ada dalam pikiranku hanyalah pergi dari tempat ini ke tempat yang aku dambakan.
          Di tengah kalutnya pikiran ku, aku mendengar suara, entah dari mana asalnya. Suara itu mengatakan :”bunuh, bunuh, bunuh saja semua orang yang telah menyakiti dirimu, bunuh saja mereka!!” suara it uterus terngiang dalam telingaku. Hati ku bergetar, jiwaku bergejolak. Aku berontak, aku tidak mau melakukan hal itu.
          Siang malam aku bergumul dengan suara itu. Terkadang aku ingin melakukannya. Pisau sudah ku genggam erat dalam tangan ku. Saat itu aku dalam kekalutan yang sangat, aku dalam stress tingkat tinggi. Pisau itu ku lemparkan pada keluarga ku, mata pisau memburu orang tua dan adikku, namun tak ada yang kena.
          Aku bersyukur, Tuhan menyadarkan aku saat itu. Hati kecil ku juga mengatakan bahwa apa yang aku lakukan salah. Tapi  Suara itu terus muncul dalam bangun dan tidurku. Mengganggu ketenangan batinku. “bunuh mereka, bunuh!” itu yang ada di pikiran ku.
          Tak hanya sekali itu aku mencoba untuk membunuh mereka. Setiap pikiranku kalut dan suara itu muncul, aku berusaha untuk membubuh mereka, baik dengan perkataan ku yang menyakiti hati mereka, atau dengan tindakan ku yang nekat itu.
          Aku tidak peduli jika mereka mati dan aku harus masuk Hotel Bintang 7 alias penjara, itu lebih baik untukku, daripada aku yang sakit. Aku berperang hebat dengan diriku, akhirnya Setelah sekian lama aku mencoba melawan, aku menang.
          Untuk beberapa saat aku merasakan kedamaian. Aku tidak lagi punya pikiran untuk membunuh mereka. Namun, saat dalam kesesakan dan kepedihan, suara baru muncul. “kalau kamu tidak mau membunuh mereka, kamu bunuh diri saja. Kalau kamu mati kamu enak kan, tidak perlu bertemu dengan mereka lagi.” Aku tersentak kaget.

          Aku sempat berpikir ada benarnya juga. Hal itu terjadi karena dalam kondisi seperti itu pikiranku tidaklah jernih. Aku mencoba mencari saat yang tepat, di mana setiap orang sibuk dengan urusannya masing – masing. Aku kembali mengambil sebuah pisau, nadi ku sudah terpotong, darah berceceran di mana – mana. Aku mendengat teriakan, tapi aku tak yakin suara siapa yang aku dengar.
          Ketika sadar, aku melihat semua putih dan terang di sekelilingku. Aku tak yakin berada di mana. Aku berpikir aku sudah berada di tempat yang aku dambakan. Samar – samar aku melihat bayangan bundaku. Cantik sekali, menggunakan gaun putih yang sangat indah. Begitu menawan. Betapa bahagianya diriku dapat bertemu dengannya.
          Ternyata aku salah, itu bukan bundaku. dia adalah seorang perawat dan aku berada di sebuah Rumah Sakit. Aku terkulai tak berdaya di sebuah Ranjang yang empuk. Ketika itu aku merasa dalam diriku ada yang senang dan tertawa atas tindakan ku itu. Aku berpikir keras kenapa aku bisa melakukan hal yang bodoh seperti itu.
          Keluar dari Rumah Sakit, bukannya keadaan tambah membaik, tapi kian memburuk. Aku dipersalahkan atas kejadian itu. Keadaan itu membuatku semakin tertekan dan frustasi.
          Suara – suara itu muncul lagi. “mati, mati aja kamu, itu jalan terbaik.” Tanpa aku sadari, aku kembali menuruti suara itu. Racun yang aku teguk serasa madu di mulutku, madu yang sangat manis. Aku masih sempat sadar ketika mobil ambulance mengantar ku ke Rumah Sakit.
          Namun dalam pikiranku hanya mati. Aku tidak peduli dengan teman – temanku lagi, aku tidak peduli dengan sikap mereka, aku tidak peduli dengan study ku, aku tidak peduli dengan keluarga ku, adik – adik yang harus aku urus dan yang menjadi tanggung jawabku, aku sudah tidak peduli dengan semua itu lagi.
          Aku hanya ingin tidak tersakiti lagi, aku hanya ingin tidak sendiri lagi, aku tidak ingin meneteskan butir – butir mutiara yang indah ini untuk hal – hal yang tidak penting, aku tidak ingin bersedih lagi, aku tidak ingin menangis lagi untuk teman – teman yang sudah menyakiti ku dan meninggalkan ku tanpa sebab yang jelas.
          Aku tidak pernah berbuat salah terhadap mereka, namun mereka meninggalkan ku karena dapat teman yang baru. kini aku hanya ingin mati agar aku dapat bertemu dengan bundaku yang selalu mempedulikan aku bagaimana pun keadaan ku, aku ingin bertemu dengannya di belakang langit biru sana. Di sebuah istana yang indah di balik bukit. Aku capek dengan semua ini.
          Akhirnya aku memutuskan untuk pergi… pergi selamanya dari dunia yang kejam ini.. obat yang diberikan aku buang, infus aku cabut dari tanganku sampai akhirnya kondisi ku semakin melemah. Selamat tinggal, maafkan aku. Hanya itu yang masih bisa aku ucapakan sebelum aku pergi. Akhirnya aku pergi dalam kepedihan dan kekecewaan terhadap semua yang pernah menjadi bagian dari hidup ku. aku pergi menemui bundaku, karena dia sudah menunggu dan menjemput aku.

By : Fransciska Dharmayanti STK

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More